Mdnpedia.com – Banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah provinsi di Sumatera terutama Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) telah menimbulkan duka mendalam dan krisis kemanusiaan.
Data resmi memperlihatkan bahwa korban tewas telah mencapai angka sekitar 900 orang lebih, dengan ratusan lainnya masih hilang dan ribuan luka- luka selain itu bangunan ambruk, infrastruktur rusak, jalan putus bahkan ribuan rumah warga turut terendam banjir.
Hal tersebut menunjukkan betapa luasnya dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem yang terjadi.
Situasi ini menyebabkan jutaan orang terkena dampak, banyak yang kehilangan rumah, hidup di tenda pengungsian, dan tinggal dalam kondisi darurat tanpa akses memadai terhadap air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, maupun rasa aman.
Situasi ini bukan hanya darurat logistik, tetapi juga darurat kemanusiaan yang membuat orang dewasa saja panik apalagi bayi dan balita di tempat yang dingin dan basah sepanjang hari.
Bingung mau berbuat apa, minta tolong kepada siapa, mengungsi kemana karena semua serba tiba-tiba.
Lakukan beberapa hal agar Ibu dan anak terlindungi:
1. Prioritaskan Asi sebagai nutrisi Aman & Steril di Tengah Krisis
Ketika air bersih dan sanitasi terganggu, ASI tetap menjadi satu-satunya sumber nutrisi bayi yang aman : steril, bergizi seimbang, dan mengandung antibodi alami.
Dalam kondisi pengungsian dan banjir, susu formula bisa sangat berisiko jika dicampur dengan air yang tidak layak apalagi yang belum dimasak.
Jika kita berpikir lebih matang, di saat bencana terjadi sulit sekali kita mendapatkan air bersih termasuk untuk mencuci dot dan botol, maka susu formula bisa memicu bencana baru sehingga sangat berpotensi memicu diare, infeksi, atau bahkan kematian pada bayi.
Apalagi jika bayi alergi dan intoleren laktosa. Oleh karena itu, posko pengungsian perlu memiliki fasilitas “ruang laktasi sementara yang layak pakai”, ketika mendirikan tenda pengungsian sebaiknya juga dipersiapkan tenda yang ramah ibu dan anak dimana para ibu yang masih menyusui anaknya bisa dengan tenang memberikan asupan steril terbaik bagi bayinya tanpa diganggu, dukungan psikologis dan nutrisi bagi ibu menyusui menjadi sangat penting selain dukungan logistik.
2. MPASI & Gizi Anak membutuhkan Butuh Dapur Bersih dan Penanganan Khusus
Bayi dan balita yang sudah memasuki fase MPASI membutuhkan makanan bergizi yang disajikan secara higienis.
Dapur umum seadanya tidak cukup. Saat dapur umum didirikan semestinya ada Tenda PMBA (Pemberian makan bayi dan anak) Artinya sangat diperlukan dapur terpisah untuk pengolahan bahan baku makanan pendamping ASI (MPASI) yang sama persis seperti dapur umum dewasa yang memiliki standar hygiene lebih tinggi karena seperti yang kita ketahui bahwa bayi dan anak lebih rentan diare
Informasi ini perlu disampaikan agar literasi donator dan pendonor makanan bisa menyumbangkan sumber makanan yang baik untuk bayi dan balita tidak sekedar susu formula dan makanan cepat saji bagi keluarga-keluarga yang punya anak kecil.
Sehingga donasi lebih berharga berupa beras, kentang, jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan dan telur baik telur ayam ataupun telur bebek yang mudah disimpan tanpa lemari es sebagai protein hewani yang bisa diolah menjadi aneka makanan sedap dan bergizi.
Diperlukan juga Air bersih dan air matang, peralatan makan khusus kelompok bayi & balita. Selain itu dibutuhkan edukasi sederhana kepada relawan (khususnya dapur umum) atau pengungsi khususnya ibu-ibu berlatih membuat MPASI, memilih bahan sederhana tapi bermanfaat bagi anak dalam mengelola makanan sederhana didapur umum pengungsian. Karena tanpa hal ini, bantuan makanan bisa menjadi sumber penyakit dan bencana baru yang akan muncul didaerah pengungsian pasca bencana.
3. Sanitasi & PHBS sebagai Kunci dalam mencegah Wabah di Pengungsian
Ketiadaan jamban sehat, air bersih, dan fasilitas cuci tangan membuat pengungsian menjadi lokasi yang rawan penyakit : diare, kolera, infeksi kulit, cacingan. Sanitasi bersih dan perilaku hidup sehat dan bersih menjadi fondasi utama kesehatan masyarakat, terutama ibu dan anak.
Anak-anak yang belum sekolah di tempat pengungsian akan senang belajar mencuci tangan, sehingga sosialisasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting dilakukan di tenda-tenda pengungsian.
Edukasi PHBS sederhana kepada pengungsi dan relawan yang berada di posko-posko pengungsian menjadi langkah sederhana yang dapat menyelamatkan nyawa lebih banyak dari pada bermacam obat dan bantuan instan.
Pemerintah daerah, relawan, dan organisasi kemanusiaan harus menyediakan jamban darurat atau MCK portable, Air bersih dan sabun cuci tangan, pemerataan pendistribusian hygiene-kit juga tidak kala penting bagi Kesehatan ibu (sabun, pembalut wanita, ember, desinfektan).
Berdasarkan kondisi dan risiko di daerah bencana dan posko-posko pengungsian. Zahara Nasution menegaskan ada baiknya Pemerintah Pusat dan daerah harus memasukkan kebutuhan ibu dan anak khususnya bayi dan balita ke dalam standar logistik dan tanggap darurat.
Setiap posko pengungsian yang resmi dari BNPB dan Pemerintah Pusat dan daerah wajib memiliki fasilitas laktasi sementara (Tenda ibu menyusui), dapur bersih, sanitasi & hygiene kit. Relawan, Volunter/NGO, dan Masyarakat yang berpartisipasi ke daerah bencana diharapkan mendapat pelatihan cepat untuk menangani MPASI dan pengolahannya, hygiene dan sanitasi bukan hanya distribusi sembako biasa.
Disisi lain “Publik dan media harus bersama-sama menyuarakan bahwa kesehatan ibu & anak hendaknya menjadi prioritas nasional, bukan prioritas tambahan. Agar anak-anak terlindungi dari distorsi pemenuhan kebutuhan dasar dan jaminan keamanan sebagaimana diamanatkan dalam pasal 62 UU 23/2002 tentang perlindungan anak” ungkap Lied Pane dalam kesempatan ini.
Bencana Banjir Bandang dan longsor mungkin datang karena Cuaca Alam yang Esktrem tetapi konsekuensinya sangat besar bila kita abai pada kesehatan ibu dan anak. Bencana alam hari ini bukan hanya beresiko menyebabkan gangguan fisik, tetapi juga tekanan psikis, kekurangan gizi dan serangan penyakit infeksi. Menyelamatkan ibu dan bayi hari ini berarti menjaga generasi emas bangsa.
Kita mungkin tak bisa menghentikan hujan dan cuaca ekstrem tetapi kita bisa memastikan bahwa anak-anak kita tumbuh sehat dan kuat, dan penuh harapan meski dalam tenda pengungsian sekalipun. Krisis dalam bencana tentu tidak hanya krisis logistik dan infrastruktur namun juga krisis kemanusiaan yang sering terlupa dari manusia itu sendiri disaat kondisi terperih. Mari membantu sesama, memulihkan bangsa, kita bangun solidaritas nyata kemanusian kepada ibu dan anak dari pemberian ASI, MPASI higienis, hingga sanitasi yang layak agar bencana tidak menjadi kutukan bagi generasi mendatang. Banjir bandang dan longsor mungkin datang sebagai ujian alam yang tak dapat kita cegah, namun cara kita meresponsnya adalah cerminan kemanusiaan kita.
Di balik tenda- tenda darurat itu ada bayi yang menangis kehausan, ibu yang menahan lapar demi menyusui, dan balita yang belum mengerti mengapa rumahnya hilang terseret arus. Menjaga mereka berarti menjaga masa depan bangsa. Ciptakan lingkungan yang selalu ramah anak, dan hadir ditengah mereka dengan hati yang hangat serta gembira, dengan menyediakan ruang laktasi sederhana, MPASI yang bersih, serta sanitasi yang layak, dan membantu didapur kita sedang menyelamatkan ratusan masa depan kecil yang menggantungkan harapannya pada uluran tangan kita. Bila pemerintah, relawan, dan masyarakat berjalan bersama, bencana tak lagi menjadi kutukan; ia dapat menjadi titik balik, tempat di mana empati tumbuh dan generasi kecil tetap terjaga buat anak cucu kita. (MP-01)
Oleh : Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS & Lied Apriani Pane, S.Kep.,Ns
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU
MdnPedia.com Beri Pesan, Kesan dan Warna